KKN Kebangsaan 2018 di Bumi Lampung Gregetnya Tuh Dimana-Mana; Seberapa Greget Loe KKN?

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px


 

KKN Kebangsaan 2018 di Bumi Lampung Gregetnya Tuh Dimana-Mana; Seberapa Greget Loe KKN?

Kalingga
Senin, 30 Juli 2018









PERTANYAAN ini rasanya pas untuk
dilontarkan dalam suasana demam KKN bagi mahasiswa semester 7. Banyak hal yang
akan membuat kita greget dimana-mana mulai yakinin pacar kamu bakalan
setia,  jaga pandangan dan jaga hati buat
si doi. Tetapi berbeda bagi mahasiswa yang jomblo, KKN merupakan wadah membidik
pasangan. 





Tetapi setiap mahasiswa punya rasa greget tersendiri dalam menjalani
masa KKN (Kuliah Kerja nyata). Termasuk beberapa tulisan kawan saya yang sangat
greget sekali yaitu Jaswanto, Fatika Arum, Nur Hidayat dll. Rasanya saya perlu
juga mengulas KKN kebangsaan tahun 2018 di bumi Lampung yang melibatkan 55
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan perguruan Tinggi Swasta  (PTS) dengan jumlah delegasi 641 Mahasiswa
terbaik se-Indonesia.





Rasa greget itu ada ketika kita
benar-benar merasakan keberagaman secara langsung tidak hanya merasakan
keberagaman dari buku-buku atau tontonan dengan alat media sosial yang sifatnya
cenderung teoritis. Salah satu tujuan KKN Kebangsaan di selenggarakan ialah
meningkatkan rasa nasionalisme dan mengenal keberagaman lebih dekat dengan
bekerja sama dalam Team di daerah
terpencil dengan akses jalan yang cukup menantang dan sinyal yang naik turun
seperti harga BBM.





Dengan Mengacu dalam rancangan
pembelajaran KKN Kebangsaan disusun kepada kerangka Kualifikasi  Nasional Indonesia/ KKNI (Peraturan Presiden
no.8 tahun 2012). KKNI sendiri merupakan mutu jati diri Bangsa Indonesia
terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan nasional serta
sistem penilaian capaian pembelajaran Learning
Outcomes
nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya
manusia yang bermutu dan produktif. (Iya cukup sekian basa-basi formalnya
hehe..)










Dalam sejarahnya KKN Kebangsaan
pertama kali dilaksanakan pada tahun 2013. penyelenggara pertama adalah
Universitas Hasanuddin yang pusat kegiatannya di Kabupaten bantaeng,
menghadirkan 140 mahasiswa dari 35 Universitas se-Indonesia. Sedangkan
penyelenggaraan kebangsaan yang kedua tahun 2014 adalah Universitas Tanjungpura
yang diselenggarakan bersamaan dengan KKN BKS Barat. pada tahun 2015,
Universitas Halu Oleo menjadi pihak penyelenggara dengan daerah sasaran di
Kabupaten Muna Sulawesi tenggara. dengan melibatkan 300 mahasiswa terbaik
se-Indonesia.





Untuk tahun 2016 giliran Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) Tanjungpinang Kepri ditunjuk menjadi tuan rumah dengan jumlah peserta
mencapai 565 mahasiswa. selanjutnya di tahun 2017 Universitas Negeri Gorontalo
mendapat kepercayaan menjadi pihak penyelenggara. dan Tahun 2018 Universitas
Lampung menjadi tempat saya menuntaskan KKN dengan rasa greget dimana-mana.





Greget masa seleksi dengan rasa
deg-degan mulai persiapan berkas atministrasi dan terakhir tes wawancara dan
persiapan program kerja yang sifatnya berkelanjutan. Sebenarnya saya berharap
yang mengikuti seleksi KKN Kebangsaan ini ialah mahasiswa model Jaswanto yang
membahana dengan tulisan dan pencitraannya dan Nur Hidayat dengan tampang
nyentrik dan seninya. atau model-model yang lain, asal jangan anak mami yang
selalu bergantung sama emak-babe nya. dan
yang lebih parah model mahasiswa yang tidak bisa hidup tanpa wifi.





Greget nyari sinyal sampai pinggir
pantai, jadi karena sasaran KKN Kebangsaan adalah daerah terpencil tentu untuk
jaringan seluler terkadang membuat kadar darah lebih cepat naik seperti harga
sembako di bulan ramadhan. jalan satu-satunya untuk menghadapi keadaan seperti
ini tutup gadget duduk merenung
betapa mirisnya negara indonesia yang kaya raya dan katanya tongkat saja bisa
jadi tanaman. Ternyata masih ada daerah yang tidak tersentuh pembangunan yang
tidak merata.





Greget masalah keamanan, siapa yang
tidak tahu Lampung. menurut informasi yang mbah google berikan, disambung juga pernyataan dari pihak aparat dan
warga sekitar bahwa kita harus selalu waspada karena Lampung terkenal dengan
angka kriminalitas yang cukup tinggi. jadi mahasiswa KKN Kebangsaan jika ingin
keluar dari posko kemana pun diwajibkan laporan yaitu minimal sms bapak Koramil agar ada rasa aman.





Greget menyatukan kepala yang berbeda
dari masing-masing daerah untuk bisa membentuk team yang solid. sedang saya terhimpun dalam kelompok Desa Muara
Gading Mas, Kecamatan Pelabuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. yang
terdiri dari tujuh orang delegasi dari masing-masing Universitas terbaik
se-Indonesia diantaranya; Lutfhil Hakim (Universitas Negeri Semarang), Revi
(Universitas Lampung), Dewi (Universitas Politeknik Lampung) Putri (Universitas
Negeri Surabaya), Bella (Universitas Mulawarman Kalimantan Timur), Rizal S
Yunus (Universitas Khairun Ternate). dan saya sendiri mewakili Universitas
pendidikan Ganesha Bali. 





Dalam team
tentu keberagaman dan latar belakang telah membentuk karakter mereka semua.
mulai dari cara berbicara dengan logat yang berbeda maupun hal-hal lain yang
telah membuat bangsa ini besar yaitu Suku, Ras, Budaya, dan Agama. maka apalagi
yang mau diperdebatkan lagi jika kita saja bisa hidup saling merangkul dalam
sebuah kebhinekaan.





sesuai dengan tema besar KKN
Kebangsaan tahun 2018 ialah “Merajut Kebhinekaan Dalam Kesamaan dan Persamaan”.





Rasa greget seperti inilah yang harus
ditumbuhkan untuk bisa menjaga keutuhan NKRI, tidak mudah di gerus oleh Hoax yang seperti penyakit menular dan
mudah menebar kebencian terutama yang berbau SARA.





terakhir saya ingin mengucapkan
selamat bertugas dan benar-benar mengabdi bukan sebatas pencitraan untuk
delegasi Undiksha yaitu ; Made Ade Julia (Manageman), Nely Rohmawati (PG Paud),
I Ketut Radiasta (Hukum), Fahmi ( Pend. Kimia). serta yang paling penting
jangan pernah mengeluh jika jaringan hilang dan susah komunikasi, mari kita
belajar dari masyarakat desa yang bisa hidup dengan tenang tanpa hingar-bingar gadget dan selalu merasa bahagia cukup
berkumpul bersama dengan keluarga. di desa tidak semewah di kota tetapi kota
tanpa desa bukan apa-apa. di kota segalanya tersedia kecuali keramahan dan
senyum tulus orang desa.





Penulis            : Taufikurrahman Al Habsy                           


Editor               : Harian Noris