Hasil Budidaya Lobster, Seafood yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px


 

Hasil Budidaya Lobster, Seafood yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Kalingga
Sabtu, 10 Desember 2022



Sebagai negara kepulauan dengan wilayah lautan yang luas, Indonesia memiliki kekayaan terumbu karang sebesar 15% dari total terumbu karang dunia. “Terumbu karang merupakan habitat utama lobster, yang memiliki peran penting secara ekologi maupun ekonomi,” ujar Deputi Bidang Ilmu Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ocky Karna Radjasa pada Sapa Media "Memahami Potensi Lobster dari Perspektif Kelautan dan Sosial", Senin (30/11).


Ocky menegaskan, menjaga pertumbuhan laut menjadi penting karena hingga saat ini komoditi lobster masih didapat dari hasil tangkapan alam. “Oleh karena itu, LIPI tengah meneliti dan memperkuat budidaya  lobster, agar keberlanjutan sumber daya laut tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan laut saja,” lanjutnya.

Kepala Balai Bio Industri Laut LIPI, Ratih Pangestuti juga mengajak konsumen untuk dapat menjaga keberlangsungan hasil laut, terutama lobster, dengan tidak mengkonsumsi seafood anakan, seafood yang sedang bertelur, atau seafood yang benihnya diambil dari alam. “Jika menangkap lobster yang seperti itu, wajib dikembalikan ke laut dengan hati-hati,” terang Ratih.


Indonesia sendiri memiliki tujuh jenis lobster yang tersebar di seluruh wilayah perairan Nusantara di habitat yang berbeda-beda. Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi, Rianta Pratiwi menjelaskan bahwa  lobster, memiliki siklus hidup, dari telur hingga menjadi lobster dewasa, yang cukup kompleks dan belum diketahui secara rinci. “Telur lobster menetas menjadi larva atau filosoma. Tahapan filosima terdiri dari 11 tingkat sebelum selanjutnya menjadi lobster muda dengan cangkang masih lunak, kemudian menjadi juvenile, dan lobster dewasa,” terang Rianta.


Lobster hidup dalam habitat dengan suhu sekitar 20-30°C, biasanya di perairan karang mulai dari 100 sampai kurang dari 200 meter.  lobster,hidup bersembunyi di antara karang-karang dan berkelompok sehingga tidak mudah untuk ditangkap. Alat tangkap yang disarankan adalah alat yang tidak merusak ekosistem, di antaranya bubu, krenet, jerat dengan menyelam, tremmel net.

Rianta mengatakan, yang perlu diperhatikan adalah tidak menangkap lobster yang berukuran masih kecil atau yang sedang bertelur. “Lobster yang sudah ditangkap juga dipindahkan dengan hati-hati agar tidak merusak nilai ekonomi, serta tidak ditempatkan di bawah sinar matahari langsung,” ujarnya.


Mengenai harga, Rianta menjelaskan, lobster bamboo dapat mencapai harga mulai dari Rp. 250.000 hingga Rp. 1.200.000/kg terlebih saat masa-masa tertentu seperti perayaan hari raya.  lobster, batik kini dibanderol dengan harga Rp 1.500.000/kg.


Budidaya  Lobster,

Budidaya lobster hingga saat ini masih mengambil benih dari laut sehingga prosesnya hanya dapat dimulai dari tahap pembesaran. Di sisi lain, pengambilan benih lobster untuk budidaya ini harus dibatasi karena pengambilan benih atau benur lobster yang berlebihan dapat mengancam plasma nutfah di alam. Terlebih lagi, berbagai jenis makanan lobster juga dipanen oleh manusia sehingga pasokan pakan di alam berkurang.


Sigit Dwi Putro, Peneliti Balai Bio Industri Laut LIPI, menjelaskan saat ini pembenihan  lobster, karang belum dapat dilakukan di Indonesia. Beberapa negara maju sudah berhasil melakukan pembenihan namun jumlahnya masih sangat terbatas sehingga belum ekonomis. Hal ini tidak lepas dari proses larva lobster karang yang lama.


“Oleh karena itu, benih untuk budidaya masih diambil dari alam dengan menggunakan alat pengumpul benih baik yang masih bening (benih  lobster,) atau yang sudah mulai berwarna (juvenile),” jelas Sigit. “Masa pendedaran benih dilakukan dengan menggunakan kurungan bermata satu dengan pakan ikan cacah, dan diberikan rumput laut sebagai pelindung.”


Dalam tahap pembesaran, lobster dipilah berdasarkan ukuran untuk mengurangi kepadatan dan mengurangi potensi kanibalisme. Masa pemeliharaan untuk mencapai berat 200g memerlukan waktu enam hingga tujuh bulan.


Peneliti budidaya kelautan, Balai Biro Industri Laut LIPI, Varian Fahmi, menjelaskan bahwa budidaya  lobster, di laut dapat dilakukan dengan keramba jaring apung. Sementara untuk budidaya darat dapat dilakukan pada bak-bak beton. Penggunaan pakan buatan seperti moist atau penambahan spirulina dapat mempengaruhi pertumbuhan berat lobster jika dibandingkan dengan pakan ikan rucah.


“Pakan yang diberikan sebaiknya tidak dalam jumlah yang banyak untuk satu kali pemberian. Pemberian pakan dalam jumlah cukup selama beberapa kali dalam sehari dapat mengurangi datangnya biota kompetitor seperti kepiting ke dalam wadah pemeliharaan. Hal ini juga dapat mengurangi biaya pakan untuk pembesaran anakan  lobster,,” papar Varian. (sr/ ed: drs)