Arah baru, Masyarakat Muslim Buleleng jangan memilih pemimpin yang intoleran dan tidak berjiwa nasionalis!

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px


 

Arah baru, Masyarakat Muslim Buleleng jangan memilih pemimpin yang intoleran dan tidak berjiwa nasionalis!

Jumat, 16 Agustus 2024

Buleleng - Ditengah dinamika politik menjelang pemilihan kepala daerah di kabupaten Buleleng, warga Muslim di Bali khususnya kabupaten Buleleng diingatkan untuk cermat dalam memilih pemimpin. Mengingat Bali dengan mayoritas penduduk yang beragama Hindu, akan tetapi penduduk Muslim di Buleleng mencapai 30%. Penting bagi masyarakat Muslim untuk bijak dalam menentukan pilihan pemimpinnya, memilih pemimpin yang tidak hanya mampu mengakomodasi keberagaman, tetapi juga memiliki sikap mengayomi terhadap semua kelompok. Pemimpin yang intoleran dapat menimbulkan dampak negatif, seperti meningkatnya ketegangan antar kelompok dan potensi marginalisasi terhadap minoritas. 



Kabupaten Buleleng merupakan Barometer toleransi kehidupan beragama di pulau Bali. Sejak abad 16 nilai-nilai toleransi sudah tertanam dalam Masyarakat,  tepatnya sejak Raja Buleleng yakni Ki Barak Panji Sakti berkuasa. Sangat jarang terjadi gesekan antar umat beragama di ujung utara provinsi Bali ini. Bahkan sampai ada istilah nyame selam untuk menyebutkan saudara Muslim, istilah itu memiliki makna bahwa masyarakat di Buleleng adalah bersaudara. Raja Panji Sakti sebagai pendiri Kerajaan Buleleng memberikan wilayah bernama Pegatepan sebagai basis masyarakat Muslim yang kini dikenal dengan nama Desa Pegayaman. Adanya wilayah muslim ini karena berkat ekspansi Panji Sakti ke wilayah Pulau Jawa, yang kemudian mengajak ratusan warga Muslim tinggal dan menetap di Buleleng.
 


Buleleng sebagai tempat yang kaya akan budaya dan keanekaragaman, membutuhkan pemimpin yang dapat menjaga harmoni dan menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi semua warga, tanpa memandang latar belakang agama. Memilih pemimpin yang memiliki sikap intoleran berisiko bukan hanya berbahaya, tetapi juga mengancam stabilitas yang selama ini terjaga.



Maka dari itu, warga Muslim di Bali khususnya kabupaten Buleleng diharapkan untuk mendukung kandidat yang menghargai keberagaman dan berkomitmen pada prinsip-prinsip keadilan, dan bisa menjadi penentu kemengan dari salah satu pasangan calon, Saudara Muslim atau dikenal dengan  istilah nyame selam di kabupaten Buleleng ini jangan sampai memilih pasangan yang mempunyai  trade record intoleran kepada masyarakat, Buleleng harus tetap menjadi kabupaten percontohan yg menjunjung tinggi keberagaman serta nilai-nila kebangsaan di Bali.

Penulis: M. ALVI AZHARI (Putra Buleleng dan Mahasiswa S2 Ilmu Hukum Universitas Jayabaya)