Derita Kaum Papa di Desa Tunjung, Belasan Tahun Huni Gubuk Bambu, Istri Sakit-sakitan, Makan Tanpa Lauk -->

Advertisement

DUKUNG JURNALISME BERKUALITAS DENGAN BERIKLAN DI KABAR BULELENG

Derita Kaum Papa di Desa Tunjung, Belasan Tahun Huni Gubuk Bambu, Istri Sakit-sakitan, Makan Tanpa Lauk

Kalingga
Rabu, 04 Oktober 2023



Kabarbuleleng.com (SINGARAJA) --- Miris dan prihatin, itulah istilah untuk Pasangan suami istri I Wayan Wage (78) dan istri Ni Wayan Sinah hidup dibawah garis kemiskinan. Selama belasan tahun mereka menghuni gubuk bambu diatas tanah pribadi miliknya di Banjar Dangin Margi, Desa Tunjung, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.



Beruntungnya guna bertahan hidup Wage berusaha memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dari hasil kerajinan tangan seperti membuat anyaman tamas, guungan (sangkar ayam) yang hasilnya tak menentu.



Saat ditemui, Wage terlihat sedang merawat istrinya dalam kondisi sakit.



"Kami jarang berobat ke Puskesmas, cukup pakai obat dari balian (dukun) saja. Hampir dua minggu istri sakit, berdarah dari luar batang hidungnya," ucap Wage sambil mempersilahkan duduk.


 Pekak Wage juga menceritakan, gubuk itu sudah dihuni belasan tahun lamanya. Selama ini belum menerima bantuan dari Pemerintah Daerah program bedah rumah.



“Kalau difoto-foto (rumah) sama Pak Kadus sudah. Namun, sampai dengan saat ini belum ada bantuan perbaikan. Ya, kami pasrah saja," katanya.



Ia juga bersyukur, bertahan hidup dari menganyam tamas serta bantuan pemerintah yang diterima 3 bulan sekali.



"Tiap 3 bulan kami menerima Rp 600 ribu, dan uang itulah dipakai beli beras untuk makan setiap hari. Ya, makan seadanya. Uyah lengis (garam dan minyak kelapa). Kadang sayur jepang, toge. Kalau pakai lauk ikan atau daging jarang. Uangnya darimana? Pakai lauk tempe dan tahu sudah syukur. Bagi kami terpenting punya beras," ujarnya.



Sejatinya mereka memiliki anak laki laki, namun kondisi ekonominya tak jauh beda. Meski dibelenggu kemiskinan, Wage tetap tabah menjalani hidup. 



"Kondisi ekonomi anak laki laki kami tak jauh beda. Anak pontang panting serabutan menghidupi keluarga," terangnya.




Sementara itu, Perbekel Desa Tunjung I Made Sadia ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler mengaku, belum mengetahui secara pasti terkait kondisi warga I Wayan Wage. 



"Besok ya, saya kordinasi dulu dengan Kadusnya," singkatnya.


Setelah dikoordinasikan ternyata kondisi memprihatinkan tersebut akibat belum terakomodirnya usulan usulan bedah rumah dari Desa ke Dinas Perkimta Buleleng.


" Kami sudah 3 kali mengusulkan bedah rumah RTLH kepada warga kami yangvtidak mampu namun belum terakomodir," terang salah satu staff di Desa Tunjung, selain itu untuk sembako seperti beras dan bantuan tunai pasutri tersebut rutin mendapatkan.


" Selain itu anak mereka juga kami carikan bantuan untuk berangkat ke kapal pesiar pada bulan Agustus kemarin, harapannya bisa meningkatkan taraf hidup kedua pasutri lansia tersebut," pungkas Kaur Umum di desa Tunjung.***